Eksternalitas dan Efisiensi
Pasar
Eksternalitas
adalah kerugian atau keuntungan yang diderita atau dinikmati pelaku ekonomi
karena tindakan pelaku ekonomi lain yang tidak tercermin dalam harga pasar. Sedangkan
efisiensi pasar adalah suatu keadaan apabila suatu pasar sudah dapat
mengalokasikan seluruh sumber-sumber daya yang pada umumnya secara efisien. Pada
bagian ini kita akan memakai perangkat-perangkat analisis yang menelaah
bagaimana eksternalitas mempengaruhi kesejahteraan ekonomi. Analisis yang kita
lakukan di sini akan menunjukkan secara jelas, mengapa eksternalitas
menyebabkan pasar mengalokasikan sumber-sumber secara tidak efisien.Untuk memperjelas gambarannya, kita perlu
mengambil sebuah pasar tertentu, sebagai contoh kasus. Kita ambil saja pasar
aluminium. Kita mengingat kembali, bahwa kurva penawaran dan kurva permintaan
mengandung informasi-informasi penting tentang biaya dan keuntungan (cost and
benefit). Kurva permintaan aluminium mencerminkan nilai aluminium bagi para
pembelinya, dan nilai itu dihitung berdasarkan harga yang mau mereka bayarkan.
Pada setiap kuantitas, ketinggian kurva permintaan menunjukkan kesediaan
membayar para konsumen marginal. Dengan kata lain, kurva-kurva tersebut
menunjukkan biaya yang dipikul produsen marginal. Dengan kata lain, kurva
tersebut menunjukkan nilai atas unit terakhir aluminium yang dijual.Jika sama sekali tidak ada intervensi
pemerintah, maka harga aluminium akan bergerak secara bebas menyesuaikan diri
dalam rangka menyeimbangkan permintaan dan penawarannya. Kuantitas yang
diproduksi dan dikonsumsi pada ekuilibrium pasar dapat dikatakan efisien,
karena kuantitas tersebut memaksimalkan surplus produsen dan surplus konsumen.
Dalam kondisi tersebut, pasar mampu mengalokasikan segenap sumber daya
sedemikian rupa, sehingga memaksimalkan nilai total konsumen yang membeli dan
memakai aluminium minus biaya total produsen yang membuat dan menjual aluminium
tersebut.
jenis-jenis
ekternalitas yang dapat terjadi dalam interaksi ekonomi (Pearee dan Nash, 1991;
Bohm, 1991)
- Produsen dan produsen : seorang produsen dapat menimbulkan externalitas positif maupun negatif. Misalnya : seorang produsen (A) melatih tenaga kerjanya, produsen (B) menerima externalitas positif karena memperoleh tenaga terdidik tanpa harus memberikan pelatihan.
- Konsumen dan produsen : aktivitas produsen dapat pula menimbulkan efek terhadap utilitas individu tanpa mendapat kompensasi apapun. Misalnya : suatu pabrik mengeluarkan asap yang menyebabkan polusi udara, udara kotor pabrik terpaksa dihirup oleh masyarakat.
- Konsumen dan produsen : Misalnya setiap hari seseorang membuang sisa makanannya ke sungai, aliran sungai masuk ke kolam-kolam sehingga ikan dikolam cepat besar tanpa diberi makan oleh pemiliknya. Dalam hal ini pemilik kolam menerima eksternalitas positif dari tindak konsumen yang membuang sisa makannya.
- Konsumen dan konsumen : dampak yang timbul karena tingkat utilitas seseorang mempengaruhi tingkat utilitas orang lain. Misalnya seorang pengendara sepeda motor yang mengeluarkan asap tebal dan menyebabkan orang-orang disekitarnya menjadi sesak napas.
Faktor-Faktor
penyebab ekternalitas
- Keberadaan Barang Publik. Karena sifat barang publik yang tidak ekslusif dan merupakan konsumsi umum. Keadaan seperti akhirnya cendrung mengakibatkan berkurangnya insentif atau rangsangan untuk memberikan kontribusi terhadap penyediaan dan pengelolaan barang publik. Kalaupun ada kontribusi, maka sumbangan itu tidaklah cukup besar untuk membiayai penyediaan barang publik yang efisien, karena masyarakat cendrung memberikan nilai yang lebih rendah dari yang seharusnya (undervalued).
- Sumber Daya Bersama. Keberadaan sumber daya bersama (common resources) atau akses terbuka terhadap sumber daya tertentu ini tidak jauh berbeda dengan keberadaan barang publik di atas. Sumber-sumber daya milik bersama, sama halnya dengan barang-barang publik, tidak ekskludabel. Sumber-sumber daya ini terbuka bagi siapa saja yang ingin memanfaatkannya, dan cuma-cuma. Namun tidak seperti barang publik, sumber daya milik bersama memiliki sifat bersaingan. Pemanfaatannya oleh seseorang, akan mengurangi peluang bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jadi, keberadaan sumber daya milik bersama ini, pemerintah juga perlu mempertimbangkan seberapa banyak pemanfaatannya yang efisien. Contoh klasik tentang bagaimana eksternalitas terjadi pada kasus sumberdaya bersama ini adalah seperti yang diperkenalkan oleh Hardin (1968) yang terkenal dengan istilah tragedi barang umum (the tragedy of the commons).
- Ketidaksempurnaan Pasar. Masalah lingkungan bisa juga terjadi ketika salah satu partisipan didalam suatu tukar manukar hak-hak kepemilikan (property rights) mampu mempengaruhi hasil yang terjadi (outcome). Hal ini bisa terjadi pada pasar yang tidak sempurna (imperfect market) seperti pada kasus monopoli (penjual tunggal).
- Kegagalan Pemerintah. Sumber ketidakefisienan dan atau eksternalitas tidak saja diakibatkan oleh kegagalan pasar tetapi juga karena kegagalan pemerintah (government failure). Kegagalan pemerintah banyak diakibatkan tarikan kepentingan pemerintah sendiri atau kelompok tertentu (interest groups) yang tidak mendorong efisiensi. Kelompok tertentu ini memanfaatkan pemerintah untuk mencari keuntungan (rent seeking) melalui proses politik, melalui kebijaksanaan dan sebagainya.
Kebijakan
Publik Untuk Mengatasi Eksternalitas
- Regulasi. Mengatasi suatu eksternalitas dengan melarang atau mewajibkan perilaku tertentu dari pihak-pihak tertentu yang disebut regulasi atau pendekatan komando dan kontrol untuk melenyapkan eksternalitas. Seperti pemerintah dapat menindak pihak-pihak tertentu yang mencemari lingkungan dengan limbah produksinya.
- Pajak pigovian dan subsidi. Pajak Pigovian adalah pajak yang khusus diterapkan untuk mengoreksi dampak dari suatu eksternalitas negatif. Disebut pajak pigou karena ditemukan oleh ekonom yang bernama Arthur Pigou (1877-1959). Bentuk dari pajak tersebut adalah ketika ada dua pabrik yaitu pabrik baja dan pabrik kertas yang masing-masing membuang limbah 500 ton per tahun, maka hanya dua pilihan yang mereka lakukan. Pertama, Badan Perlindungan Lingkungan Hidup (EPA, Environmental Protection Agency) akan mewajibkan semau pabrik untuk mengurangi limbahnya hingga 300 ton per tahun atau yang kedua, mereka akan dikenai pajak sebesar $50,000 untuk setiap ton limbah yang dibuang oleh setiap pabrik.
Memberi
subsidi untuk kegiatan-kegiatan yang memunculkan eksternalitas positif.
Teori kesejahteraan ekonomi
Teori kesejahteraan ekonomi adalah cabang
ilmu ekonomi yang menggunakan teknik ekonomi mikro untuk mengevaluasi
kesejahteraan ekonomi, terutama relatif terhadap keseimbangan umum kompetitif
dalam ekonomi untuk efisiensi ekonomi dan distribusi pendapatan yang dihasilkan
yang terkait dengannya. Menganalisis kesejahteraan sosial, secara terukur,
dalam hal kegiatan ekonomi dari individu yang terdiri dari masyarakat teoritis
yang dipertimbangkan. Dengan demikian, individu, dengan kegiatan ekonomi yang
terkait, merupakan unit dasar penggabungan untuk kesejahteraan sosial, apakah
kelompok, komunitas, atau masyarakat, dan tidaklah ada “kesejahteraan sosial”
yang terpisah dari “kesejahteraan” yang berhubungan dengan unit-unit individu. Kesejahteraan
ekonomi biasanya memerlukan preferensi individu seperti yang diberikan dan
menetapkan peningkatan kesejahteraan dalam hal efisiensi pareto dari keadaan
sosial A ke keadaan sosial B jika setidaknya satu orang lebih menyukai B dan
tak ada orang lain yang menentangnya. Tidak ada persyaratan ukuran kuantitatif
yang unik dari peningkatan kesejahteraan yang tersirat dengan hal ini. Aspek
lain dari kesejahteraan memperlakukan pendapatan / distribusi barang, termasuk
kesetaraan, sebagai dimensi kesejahteraan lebih lanjut.
Eksternalitas negatif dan
positif dalam produksi maupun konsumsi
Ketika seseorang terlibat dalam suatu
aktivitas yang mempengaruhi kesejahteraan, meskipun tidak secara langsung dan
belum membayar maupun belum menerima kompensasi atas dampak tersebut.
Ketika pengaruhnya terhadap lingkungan kurang
baik, eksternalitas disebut sebagai eksternalitas negatif.
Ketika pengaruhnya pada lingkungan
mendatangkan manfaat, eksternalitas disebut sebagaieksternalitas positif.
Eksternalitas dalam
produksi
Eksternalitas
negatif:
Dalam melangsungkan kegiatan produksinya,
pabrik-pabrik aluminium menimbulkan polusi. Untuk setiap aluminium yang mereka
produksi, sejumlah asap kotor yang mengotori atmosfer tersembur dari tanur
pabrik-pabrik tersebut. Karena asap itu membahayakan kesehatan siapa saja yang
menghirupnya, maka asap itu merupakan eksternalitas negatif dalam produksi
aluminium.
Eksternalitas
positif:
Contoh yang dapat dikemukakan disini adalah
pasar robot industri (robot yang khusus dirancang untuk melakukan kegiatan atau
fungsi tertentu di pabrik-pabrik).
Robot adalah ujung tombak kemajuan teknologi
yang mutakhir. Sebuah perusahaan yang mampu membuat robot, akan berkesempatan
besar menemukan rancangan-rancangan rekayasa baru yang serba lebih baik.
Rancangan ini tidak hanya akan menguntungkan perusahaan yang bersangkutan,
namun juga masyarakat secara keseluruhan karena pada akhirnya rancangan itu
akan menjadi pengetahuan umum yang bermanfaat. Eksternalitas positif seperti
ini biasa disebut “imbasan teknologi” (technology spillover).
Eksternalitas dalam
konsumsi
Eksternalitas negatif:
Konsumsi minuman beralkohol, misalnya,
mengandung eksternalitas negatif jika si peminum lantas mengemudikan mobil
dalam keadaan mabuk atau setengah mabuk, sehingga membahayakan pemakai jalan
lainnya.
Eksternalitas positif:
Contohnya adalah konsumsi pendidikan. Semakin
banyak orang yang terdidik, masyarakat atau pemerintahnya akan diuntungkan.
Pemerintah akan lebih mudah merekrut tenaga-tenaga cakap, sehingga pemerintah
lebih mampu menjalankan fungsinya dalam melayani masyarakat.
Kebijakan publik dalam
mengatasi eksternalitas
Setiap kali eksternalitas muncul sehingga
mengakibatkan alokasi sumber daya yang dilakukan pasar tidak efisien,
pemerintah dalam melakukan salah satu dari dua pilihan tindakan yang ada.
Pilihan pertama adalah menerapkan kebijakan-kebijakan atau pendekatan komando
dan kontrol (command-and-control policies), atau menerapkan kebijakan-kebijakan
berdasarkan pendekatan pasar (market-base policies). Bagi para ekonom, pilihan
kedua lebih baik, karena kebijakan berdasarkan pendekatan pasar akan mendorong
para pembuat keputusan di pasar swasta, untuk secara sukarela memilih mengatasi
masalahnya sendiri.
Barang-barang publik
Barang publik (public goods) adalah barang
yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi
orang lain akan barang tersebut. Selanjutnya, barang publik sempurna (pure
public good) didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam jumlah
dan kualitas yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat.
Terdapat lima jenis barang publik yang dibagi menurut karakteristik barang dan jasa, yaitu:
Dalam penyediaan barang publik juga terdapat tiga teori besar yang menjelaskan darimana pemerintah menentukan jumlah barang publik diproduksi untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Teori-teori tersebut ialah:
Terdapat lima jenis barang publik yang dibagi menurut karakteristik barang dan jasa, yaitu:
- Barang publik murni (disediakan pemerintah dan swasta yang harus melakukan dan mengatur distribusi barang tersebut): barang yang dari aspek penggunaanya non rivalry yaitu tidak ada persaingan dan non exclusive yaitu tidak ada pengorbanan untuk mendapatkannya. Misalnya : pertahanan, peradilan, dan perlindungan.
- Barang semi publik (disediakan oleh pemerintah maupun swasta): barang yang dari aspek penggunaanya non rivalry tetapi biaya namun ketika konsumen mengkonsumsi secara berlebihan maka akan timbul kebosanan, misalnya : laut, padang gembala taman, klub olah raga.
- Barang publik semi privat (disediakan oleh pemerintah maupun swasta): barang yang penggunaannya bersifat rivalry, tetapi pemanfataan tidak bersifat exlusive. Misalnya : rumah sakit, pemancar radio, rumah sakit swasta, sekolah swasta, dan siaran televisi khusus.
- Barang privat (disediakan oleh swasta murni): bersifat rivalry yaitu adanya persaingan penggunaan (konsumsi) dan exlusive yaitu adanya pengorbanan untuk mendapatkannya. Misalnya : mobil, pakaian, kesehatan untuk orang miskin.
- Barang merit (sebenarnya negara berkewajiban untuk memenuhinya): komoditi atau jasa yang menjadi kebutuhan individu atau masyarakat tanpa berkaitan dengan kemampuan untuk membayar ataupun kemauan untuk membayar. Misalnya : tempat tinggal untuk orang miskin, pendidikan dan kesehatan.
Dalam penyediaan barang publik juga terdapat tiga teori besar yang menjelaskan darimana pemerintah menentukan jumlah barang publik diproduksi untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Teori-teori tersebut ialah:
- Teori Pigou : pengadaan barang publik harus dibiayai dari pajak. Tersedianya barang yang dibutuhkan tentu menimbulkan kepuasan, tetapi pajak pada umumnya tidak disukai, sehingga menimbulkan ketidak puasan. Pajak itu akan efisien dalam penyediaan barang publik ketika kepuasan atas tersedianya barang itu sama dengan ketidakpuasan atas pembayaran pajaknya.
- Teori Bowen dan Samoelson : dasar penetapan jumlah barang publik yang harus diproduksi didasarkan pada harga barang itu. Meskipun hak mengkonsumsi barang publik masing-masing individu adalah sama, tetapi tingkat kebutuhan masing-masing individu itu berbeda. Sehingga konsumen akan membayar pajak sesuai dengan kebutuhan yang ia perlukan.
- Teori Erick Lindhal dan Wicksell : berpendapat harus ada sebuah badan nasional yang akan menentukan banyaknya barang publik yang akan disediakan. Penyediaan barang publik itu nanti didasarkan oleh seberapa besar kebutuhan masyarakat akan barang tersebut dan dengan diketahuinya seberapa besar jumlah produksi barang maka badan ini akan menentukan seberapa besar jumlah pajak yang harus dibayar. Teori ini menghubungkan antara pajak yang dibayar dan manfaat yang diperolah.
Permasalahan yang timbul dari barang publik
ini yaitu adanya free rider (penumpang gratis/pengendara bebas) yaitu seseorang
yang mengkonsumsi sumber daya tanpa membayar atau tidak membayar secara penuh/
kurang. Salah satu contohnya yaitu, seseorang yang tidak membayar pajak, dengan
membayar pajak berarti ikut membantu membayar untuk barang-barang publik.
Karena semua warga negara mendapatkan keuntungan dari, seperti jalan, pabrik
pengolahan air.
Sumber daya milik bersama
Keberadaan sumber daya bersama–SDB (common
resources) atau akses terbuka terhadap sumber daya tertentu ini tidak jauh
berbeda dengan keberadaan barang publik diatas. Sumber-sumber daya milik
bersama, sama halnya dengan barang-barang publik, tidak ekskludabel.
Sumber-sumber daya ini terbuka bagi siapa saja yang ingin memanfaatkannya, dan
Cuma-Cuma. Namun tidak seperti barang publik, sumber daya milik bersama
memiliki sifat bersaingan. Pemanfaatannya oleh seseorang, akan mengurangi
peluang bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jadi, keberadaan sumber
daya milik bersama ini, pemerintah juga perlu mempertimbangkan seberapa banyak
pemanfaatannya yang efisien. Contoh klasik tentang bagaimana eksternalitas
terjadi pada kasus SDB ini adalah seperti yang diperkenalkan oleh Hardin (1968)
yang dikenal dengan istilah Tragedi Barang Umum (the Tragedy of the Commons).