Minggu, 05 Januari 2014

13 Proyek Migas Mulai Produksi Tahun Ini


Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan 13 proyek migas direncanakan berproduksi pada tahun ini dengan total kapasitas produksi mencapai 954 juta kaki kubik gas per hari (mmscfd) dan 194.121 barel minyak per hari.
Kepala Humas SKK Migas Elan Biantoro mengatakan pihaknya berkomitmen agar proyek-proyek tersebut dapat terealisasi tepat waktu. "Jika ada yang terlambat akan memengaruhi besaran lifting migas tahun ini, kata Elan dalam siaran pers di Jakarta, Minggu (05/01).
Elan menuturkan upaya yang dilakukan agar memastikan proyek migas berproduksi tepat waktu antara lain melalui pengawasan dan pengendalian yang lebih intensif dengan melakukan rapat monitoring bulanan dan tiga bulanan bersama seluruh pihak terkait, termasuk kunjungan ke lapangan. "SKK Migas juga akan mempercepat waktu pengadaan fasilitas produksi," ujarnya.
Dikatakannya beberapa proyek yang akan berproduksi antara lain, Sisi Nubi 2B yang berada di Blok Mahakam, Kalimantan Timur dengan kontraktor Total E&P Indonesie yang ditargetkan berproduksi 350 mmscfd pada kuartal pertama 2014. Kemudian, pengembangan gas Senoro dengan operator JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi direncanakan mulai produksi 8 mmscfd dan 250 barel minyak per hari pada kuartal 3 tahun ini.
Tiga proyek yang sebelumnya ditargetkan produksi 2013 lalu akan mulai berproduksi pada kuartal pertama tahun ini. Ketiga proyek itu adalah Lapangan Ridho dengan kontraktor Odira Energy Karang Agung berproduksi 1.200 barel minyak per hari, Lapangan Gundih yang dikembangkan Pertamina EP berproduksi sebesar 50 mmscfd dan 600 barel minyak per hari, dan proyek Bayan A dengan kontraktor Manhattan Kalimantan Investment berproduksi 15 mmscfd dan 250 barel minyak per hari.
Elan mengungkapkan, ada tiga proyek yang mendapat perhatian penuh dari SKK Migas terkait dengan besarnya produksi yang dihasilkan dan tantangan yang dihadapi. Yang pertama adalah Lapangan Bukit Tua, Blok Ketapang 2 dengan kontraktor Petronas Carigali. Proyek direncanakan berproduksi 70 mmscfd dan 20.000 barel minyak per hari ini pada kuartal empat 2014. "Hal yang perlu dicermati adalah proses negosiasi harga gas dan perubahan calon pembeli. Selain itu, proyek ini menggunakan skanario hulu dan hilir sehingga ada kebijakan strategis yang diambil di luar kewenangan SKK Migas," jelasnya.
Hal serupa, lanjut Elan terjadi di Lapangan Muriah, Blok Kepodang yang juga dioperatori Petronas. Proyek dengan produksi 116 mmscfd ini bergantung pada selesainya pipa penyalur gas di hilir. Konstruksi fasilitas produksi di hulu akan selesai Oktober 2014.
Proyek terakhir adalah Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu dengan kontraktor Mobil Cepu Ltd (MCL). Proyek strategis ini rencananya berproduksi pada kuartal keempat 2014 dengan produksi puncak 165.000 barel per hari. Elan menyebut beberapa tantangan yang dihadapi, yakni masalah sosial ekonomi dan keterlambatan dalam proses rekayasa, pengadaan, dan konstruksi fasilitas. "Proyek-proyek ini harus dikawal secara intensif agar tidak mundur proyeknya," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Edy Hermantoro menyebut pemerintah telah menyetujui rencana pengembangan lapangan (PoD I) empat lapangan laut dalam. Keempat lapangan itu ialah Lapangan Jambu Aye Utara, Lapangan Gendalo dan Gehem (IDD Project), Lapangan Abadi serta Lapangan Jangkrik di Blok Muara Bakau.
Edy menerangkan Lapangan Jambu Aye Utara yang PoD I disetujui pada 2012, direncanakan akan berproduksi mulai tahun ini. Sedangkan IDD Project diharapkan dapat berproduksi pada 2018. Proyek IDD ini dikembangkan oleh Chevron Indonesia Company melalui 4 kontrak kerja sama yaitu KK Ganal, Rapak, Makassar Strait dan Muara Bakau.
Dia menuturkan Lapangan Abadi yang dikembangkan Inpex Masela Ltd, diperkirakan memiliki cadangan terbukti sebesar 6,05 TCF. Inpex akan membangun kilang LNG terapung dengan investasi mencapai US$ 5 miliar. Kilang dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun (MTPA) diharapkan dapat mulai berproduksi pada akhir 2016. Sedangkan Lapangan Jangkrik yang dikembangkan oleh Eni Muara Bakau B.V ditargetkan berproduksi 2015.
Analisis:
Di tahun 2014 ada 13 proyek migas direncanakan berproduksi pada tahun ini dengan total kapasitas produksi mencapai 954 juta kaki kubik gas per hari (mmscfd) dan 194.121 barel minyak per hari. Kepala Humas SKK Migas Elan Biantoro berharap proyek tersebut dapat terealisasikan tepat waktu. Adapun upaya yang dilakukan agar memastikan proyek migas berproduksi tepat waktu antara lain melalui pengawasan dan pengendalian yang lebih intensif dengan melakukan rapat monitoring bulanan dan tiga bulanan bersama seluruh pihak terkait, termasuk kunjungan ke lapangan.
Sumber:
beritasatu.com
Ekonomi - Makro
Penulis: Rangga Prakoso/AF
Minggu, 05 Januari 2014 | 17:46


 

Antisipasi Inflasi, Pertamina Diminta Amankan Pasokan Elpiji

JAKARTA - Pemerintah memperkirakan, dampak kenaikan harga gas elpiji kemasan tabung 12 kilogram bisa mendorong inflasi 2014 lebih besar dari perkiraan semula.

Seperti diketahui, sejak tanggal 1 Januari 2014 lalu, PT Pertamina serentak menaikkan harga gas elpiji kemasan 12 kilogram di tingkat agen dari harga sebelumnya berkisar Rp 78.000-Rp 80.000 per tabung.


Bambang menilai, sumbangan kenaikan harga elpiji terhadap inflasi secara keseluruhan tahun 2014 bisa mencapai 0,5 persen. “Dampak terhadap inflasinya tinggi, tetapi tidak bulan per bulan, harus tahunan,” ujar Bambang, Jumat (3/1/2014) di Jakarta.

Menurutnya, dampak inflasi bisa dimitigasi, asalkan Pertamina melakukan beberapa hal yang disarankan pemerintah. Adapun saran yang disampaikan pemerintah itu diantaranya, pertama Pertamina harus memastikan kenaikan harga elpiji tidak membuat masyarakat yang selama ini memakai elpiji 12 Kg beralih ke elpiji 3 Kg.

Bila itu terjadi, maka beban subsidi elpiji 2014 bisa membengkak. Sebab, elpiji jenis 3 kg selama ini dijual tanpa pembatasan kuota. Kalau pembelinya bertambah, ditakutkan kebutuhannya lebih besar. Saat ini saja, subsidi untuk elpiji tahun 2014 berada diangka Rp 30 triliun.

Supaya hal itu tak terjadi, maka gas elpiji 3 kg disalurkan dengan menggunakan mekanisme distribusi tertutup. Dengan mekanisme distribusi tertutup, Pertamina membatasi pembelian elpiji untuk masyarakat yang berhak saja, di luar itu tidak boleh membeli.

Saran kedua yang disampaikan pemerintah kepada Pertamina adalah, perubahan harga dari tingkat distributor atau agen dan pengecer harus dijaga. Jadi, Pertamina bisa menggunakan mekanisme harga maksimal hingga sampai ke tangan konsumen. Kalau ada biaya distribusi, juga bisa diperhitungkan dalam penetapan harganya. (Asep Munazat Zatnika).

Analisis:

Dampak kenaikan harga gas elpiji kemasan tabung 12 kilogram bisa mendorong inflasi 2014 lebih besar dari perkiraan semula. Sejak tanggal 1 Januari 2014 lalu, PT Pertamina serentak menaikkan harga gas elpiji kemasan 12 kilogram di tingkat agen dari harga sebelumnya berkisar Rp 78.000-Rp 80.000 per tabung. Dampak inflasi bisa dimitigasi asalkan pertamina bisa mengikuti saran pemerintah. Ada dua saran, pertama pertamina harus memastikan kenaikan harga elpiji tidak membuat masyarakat yang selama ini memakai elpiji 12 Kg beralih ke elpiji 3 Kg yaitu membatasi pembelian elpiji untuk masyarakat yang berhak saja, di luar itu tidak boleh membeli. Kedua pertamina bisa menggunakan mekanisme harga maksimal hingga sampai ke tangan konsumen.


Sumber :
kompas.com
Ekonomi - Makro
Jumat, 3 Januari 2014 | 15:24 WIB
Editor: Bambang Priyo Jatmiko

Jumat, 03 Januari 2014

TUGAS 3

Contoh tulisan ilmiah populer, dengan topik peristiwa-peristiwa yang terjadi saat ini.

Konsumen Kelas Menengah Beralih ke Elpiji 3 Kg

Jumat, 3 Januari 2014 | 11:21 WIB
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
JAKARTA, KOMPAS.com - Naiknya harga gas Elpiji ukuran 12 kilogram (Kg) benar-benar memukul para konsumen khususnya rumah tangga.
Tak mau rugi besar dengan kenaikan itu, mereka memilih beralih menjadi konsumen Elpiji 3 Kg yang harganya jauh lebih murah. Bahkan terjadi pada konsumen dengan perekonomian menengah.

Peralihan penggunaan Elpiji 12 Kg ke tabung 3 Kg sangat dirasakan di sejumlah penjual gas Elpiji di seputar Jakarta Selatan.

Di Tanjung Barat misalnya, sejumlah penjual Elpiji mengatakan hampir 90 persen konsumen mereka langsung menggunakan tabung 3 Kg.

"Selain jauh lebih murah, stoknya banyak sekali. Itu yang rumahnya besar-besar dan bermobil aja semua pindah ke 3 Kg," kata Yayat, pedagang di Tanjung Barat sambil menunjuk rumah-rumah bertingkat di sekitarnya.

Dia memberikan perbandingan kenapa banyak konsumen beralih ke Elpiji 3 Kg. Harga Elpiji 12 kg saat ini antara Rp 130.000 -Rp 140.000, sedangkan Elpiji 3 Kg hanya Rp 17.000.

"Bila dihitung-hitung, kalau sebulan kita gunakan satu Elpiji 12 Kg atau empat tabung 3 Kg, maka jatuhnya jauh sekali. Kalau yang gunakan Elpiji 12 Kg akan kena Rp 140 ribuan, sedangkan kalau gunakan Elpiji 3 Kg sebanyak empat kali hanya keluar uang Rp 68.000," katanya.

Kejadian sama juga terjadi di Lenteng Agung, peralihan penggunaan Elpiji terjadi di sana.

Seorang penjual elpiji yang tidak mau menyebutkan namanya mengatakan fenomena tersebut terjadi di daerahnya menjual elpiji.

"Orang-orang kaya juga pada pindah ke Elpiji 3 Kg. Biasanya mereka punya dua tabung, jadi kalau yang satu habis ya pakai satunya," ujarnya.

Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) mensinyalir akan ada migrasi pembelian dari Elpiji 12 kg ke Elpiji 3 kg. Hal ini buntut dari kenaikan Elpiji 12 kg yang kini menjadi Rp 117.708 per tabung.

Edi Purnomohadi, Ketua Umum Hiswana Migas bilang, pihaknya tidak bisa menambah pasokan elpiji 3 kg jika nantinya permintaan Elpiji 3 kg membludak.

"Elpiji 3 kg itu sebetulnya disubsidi oleh pemerintah, jadi diawasi ketat. Migrasi itu adalah konsekuensi kenaikan 12 kg, " kata dia.

Sementara itu, menurut Ketua Hiswanna Jawa Timur, Hari Kristanto, saat ini belum terlihat permintaan yang besar untuk Elpiji 3 kg untuk rumah tangga. Sedangkan, IKM justru banyak yang beralih ke Elpiji kemasan 50 kg karena dianggap lebih hemat dengan jangka waktu habisnya lebih lama.

"Kalau permintaan 3 kg melonjak, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kuotanya sudah ditentukan pemerintah. Ini repot juga, karena 12 kg naik, margin belum tentu bisa margin naik seperti dulu, " kata Hari. (Hendra Gunawan).


Analisis :
Menurut saya, karya tulis diatas merupakan karya tulis yang terjadi dimasyarakat baru-baru ini. Hebohnya kenaikan harga gas elpiji 12kg gram yang kini menjadi Rp 117.708 per tabung membuat penduduk beralih ke gas elpiji 3kg. Peralihan ini pun dirasakan oleh penjual gas elpiji 3kg, tidak hanya kalangan bawah saja kalangan atas pun ikut beralih ke gas elpiji 3kg karena tidak mau rugi. Biasanya masing-masing rumah tangga/penduduk memilik 2 tabung gas elpiji 3kg sekaligus ini membuat permintaan gas elpiji 3kg membludak.

Harga BBM Bersubsidi Naik, Jumlah Penduduk Miskin Naik

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melansir jumlah penduduk miskin yang tercatat hingga September 2013 sebanyak 28,55 juta orang, atau mengalami peningkatan sebanyak 480.000 orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2013 yang mencapai 28,07 juta orang. 


Kepala BPS Suryamin dalam rilis indeks harga konsumen, di Jakarta, Kamis (2/1/2014) menyebutkan, kenaikan jumlah penduduk miskin tersebut akibat inflasi tinggi hingga 5,02 persen buntut kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Juni 2013.



Demikian pula dengan harga beras secara nasional yang mengalami kenaikan, turut menyumbang kenaikan jumlah orang miskin. "Pada Maret 2013 tercatat jumlah penduduk miskin sebesar 28,07 juta orang atau 11,37 persen dari populasi. Jadi ada kenaikan sebanyak 480.000 orang miskin," ujarnya.



Selain kenaikan harga BBM, dan beras, kenaikan harga eceran sejumlah komoditas juga menyumbang kenaikan jumlah orang miskin. Sepanjang Maret-September 2013, harga daging ayam ras naik 21,8 persen, harga telur ayam ras naik 8,2 persen, dan harga cabai merah naik 15,1 persen. 



Ketiganya, sebut Suryamin, menjadi faktor peningkatan jumlah orang miskin. BPS juga mencatat selama periode Maret-September 2013, garis kemiskinan naik sebesar 7,85 persen, yaitu dari Rp 271.626 per kapita per bulan pada Maret 2013 menjadi Rp 292.951 per kapita per bulan pada September 2013.

Analisis:
Bersumber dari BPS jumlah penduduk miskin yang tercatat hingga September 2013 sebanyak 28,55 juta orang, atau mengalami peningkatan sebanyak 480.000 orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2013 yang mencapai 28,07 juta orang, penyebabnya adalah akibat inflasi tinggi hingga 5,02 persen buntut kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Juni 2013. Kenaikan harga beras, daging ayam ras, harga telur ayam ras, dan harga cabai merah juga mempengaruhi kenaikan jumlah penduduk miskin di Indonesia karena meningkatnya kebutuhan penduduk tidak sesuai dengan penghasilan mereka.

Sumber :
kompas.com
Ekonomi - Makro
kamis, 2 Januari 2014 | 19:48 WIB
Penulis: Estu SuryowatiEditor: Bambang Priyo Jatmiko

Rupiah Sudah Sangat Murah, Bagaimana Tahun 2014?

JAKARTA — Rupiah mencatat prestasi buruk sepanjang tahun 2013. Mata uang Garuda ini mengukir penurunan terbesar terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dibanding mata uang negara Asia lain.
Sepanjang tahun lalu, rupiah mencatat penurunan 25,75 persen. Angka tersebut jauh lebih buruk ketimbang yen Jepang yang sengaja dilemahkan oleh Bank of Japan. Yen melemah 21 persen.
Pengamat pasar uang, Farial Anwar, mengatakan, pergerakan rupiah akan sulit tahun ini. Terlebih lagi, pemerintah dan Bank Indonesia tidak terlihat berupaya serius untuk meredam kejatuhan rupiah. Pelemahan rupiah tidak hanya terkait faktor internal, tetapi juga eksternal, terutama dari potensi peningkatan nilai pemangkasan stimulus AS.
Terlebih lagi, tahun ini, Indonesia memasuki tahun politik berupa penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu). Tekanan terhadap rupiah juga akan makin besar, terutama karena investor sedang menanti pemimpin baru yang terpilih nanti.
Secara fundamental, tidak ada sentimen negatif seperti yang terjadi tahun lalu, antara lain kenaikan harga bahan bakar minyak, kenaikan suku bunga acuan, dan isu penghentian stimulus AS. Dia memprediksikan, rupiah maksimal di angka Rp 12.500. "Kalau lebih dari itu, berarti pemerintah dan BI gagal menjaga rupiah," ujar Farial, kemarin.
Meski tekanan berkurang ketimbang tahun ini, potensi penguatan rupiah pun terbatas. Farial menambahkan perlunya alasan penguatan rupiah. Sementara itu, pasokan dollar AS terbatas. Terlebih lagi, investor asing juga masih menunggu hasil pemilu.
Lana Soelistyaningsih, pengamat ekonomi Universitas Indonesia, mengatakan, pemilu menjadi alasan bagi investor untuk menunda investasi di Indonesia. Secara teoretis dan melihat beberapa pendekatan, nilai rupiah saat ini seharusnya berada di Rp 10.500-Rp 11.000 per dollar AS. Di posisi kurs tengah BI sebesar Rp 12.189, rupiah sudah undervalue atau sangat murah. "Seharusnya rupiah bisa menjadi aset karena sudah murah dan banyak dollar AS yang masuk, tapi malah terus turun," ujar Lana.
Tekanan rupiah masih akan kuat pada kuartal pertama ini karena dua alasan. Pertama, pasar menunggu data neraca transaksi berjalan 2013 pada Februari. "Kalau defisit transaksi berjalan kurang dari 3,5 persen produk domestik bruto, akan sedikit membantu rupiah," imbuh dia.
Kedua, pengumuman gubernur Bank Sentral AS dan keputusan pertama kebijakannya pada bulan Maret akan menjadi perhatian pasar.
Pemilu pun mampu menekan rupiah karena masih belum jelasnya calon presiden yang akan memimpin Indonesia. "Oleh karenanya, investor masih wait and see sampai ada calon presiden yang jelas," kata Lana.
Lana pun memprediksikan, rontoknya rupiah tahun lalu kemungkinan tidak terulang lagi. Kalau hasil pemilu tidak sesuai harapan pasar, pelemahan rupiah pun terbatas. "Sepanjang tahun ini, rupiah bisa antara Rp 11.500 dan Rp 12.800," imbuh dia.
Albertus Christian, analis Monex Investindo Futures, mengatakan bahwa ketidakpastian mengenai calon presiden membuat para investor berlindung di dollar AS sehingga rupiah masih akan tertekan. Kecuali, jika ada perbaikan defisit neraca berjalan dan inflasi menurun, maka nilai tukar bisa stabil. "Defisit neraca berjalan dan inflasi yang menurun bisa mengimbangi tekanan terhadap rupiah," ujar Albertus.
Adapun David Sumual, ekonom Bank Central Asia (BCA), mengatakan, pemilu tahun depan bisa memberikan harapan terhadap membaiknya ekonomi Indonesia di tengah perkiraan defisit neraca berjalan yang meningkat. Akan tetapi, akan ada harapan pada kuartal III, dengan terbentuknya pemerintahan baru hasil pemilu. Pengaruh-pengaruh pemerintahan baru nanti diharapkan akan lebih baik agar investasi di Indonesia bisa berjalan. (Febrina Ratna Iskana, Wahyu Tri Rahmawati).

Analisis:
Sepanjang tahun 2013 Rupiah mencatat prestasi buruk penurunan 25,75 persen. Di tahun ini pun pergerakan rupiah akan sulit karena Pemerintah dan Bank Indonesia tidak terlihat berupaya serius untuk meredam kejatuhan rupiah. Pelemahan rupiah tidak hanya terkait faktor internal, tetapi juga eksternal, terutama dari potensi peningkatan nilai pemangkasan stimulus AS, itu menurut pengamat pasar uang ( Farial Anwar ). Terlebih lagi ditahun ini Indonesia memasuki tahun politik berupa penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu), ini mengakibatkan tekanan rupiah akan semakin besar terutama karena investor sedang menanti pemimpin baru yang terpilih nanti. Namun, Lana pun memprediksikan, rontoknya rupiah tahun lalu kemungkinan tidak terulang lagi. Kalau hasil pemilu tidak sesuai harapan pasar, pelemahan rupiah pun terbatas. Sepanjang tahun ini, rupiah bisa antara Rp 11.500 dan Rp 12.800. Maka diharapkan pemilu tahun ini bisa memberikan harapan terhadap membaiknya ekonomi Indonesia di tengah perkiraan defisit neraca berjalan yang meningkat. Akan tetapi, akan ada harapan pada kuartal III, dengan terbentuknya pemerintahan baru hasil pemilu. Pengaruh-pengaruh pemerintahan baru nanti diharapkan akan lebih baik agar investasi di Indonesia bisa berjalan

Sumber:
kompas.com
Ekonomi - keuangan
Kamis, 2 Januari 2014 | 08:49 WIB
Editor : Erlangga Djumena




Wamen ESDM: BBM Subsidi Jangan Dioplos


JAKARTA - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo berharap tak ada lagi pelaku usaha yang nakal dengan mengoplos bahan bakar minyak (BBM). 

"Jangan sampai (BBM) ini, dijual ke luar, dioplos segala macem. Ini tergantung pengguna. Pengguna ini macem-macem karena sifat manusia juga macem-macem," kata dia di Jakarta, Selasa (31/12/2013). 

Susilo menuturkan, dalam penyaluran BBM bersubsidi ada tiga unsur yang berkepentingan. Pertama adalah distributor, yakni PT Pertamina (Persero), PT Aneka Kimia Raya (AKR) Corporindo Tbk, serta PT Surya Parna Niaga. 

Kepada ketiga distributor tersebut, ia berharap tidak ada kebocoran penyaluran. BPH Migas sebagai badan pengawas tidak memiliki banyak personel dan kantor perwakilan, sehingga mustahil dapat melakukan pengawasan dengan baik, tanpa bantuan ketiga distributor. 

"Unsur kedua, ya pelaku industri, pengguna BBM itu sendiri. Pelaku industri dan pengguna BBM, masyarakat dan PLN kita harapkan taat aturan sesuai jatahnya, sesuai peruntukannya. Jangan sampai BBM PSO salah alamat, salah pengguna, tidak tepat sasaran. Jangan sampai (BBM) ini, dijual ke luar, dioplos segala macem," papar Susilo. 

Adapun unsur terakhir, kata Susilo adalah pelaku, dan aparat di lapangan. Untuk ini Susilo mengharapkan partisipasi aktif Pemda, kepolisian, dan operator Pertamina serta 2 distributor tersebut.

Analisis :
Wakil Menteri ESDM mengatakan ada 3 Unsur yang berkepentingan dalam menyalurkan BBM, pertama yaitu distributor, yakni PT Pertamina (Persero), PT Aneka Kimia Raya (AKR) Corporindo Tbk, serta PT Surya Parna Niaga. Kedua yaitu pelaku industri, pengguna BBM itu sendiri. Pelaku industri dan pengguna BBM, masyarakat dan PLN. Ketiga yaitu  pelaku, dan aparat di lapangan. Dari ketiga unser tersebut diharapkan tidak ada lagi pelaku usaha yang nakal dengan mengoplos bahan bakar minyak (BBM), berharap pula tidak ada kebocoran dalam penyaluran dan juga kepada unsur yang ke dua diharapkan taat aturan sesuai jatahnya, sesuai peruntukannya. Jangan sampai BBM PSO salah alamat, salah pengguna, tidak tepat sasaran.

Sumber :
kompas.com
Ekonomi - Makro
Selasa, 31 Desember 2013 | 14:11 WIB
Penulis: Estu Suryowati
Editor: Erlangga Djumena